Saturday, June 4, 2011

Seleksi Alam

Sebelumnya, saya minta maaf bila dalam menulis note ini, akan banyak sekali jiwa, pikiran serta fisik yang akan “disiram” untuk sebuah adiksi dari beberapa pemahaman yang kurang kuat dari seni disiplin yang kita adopsi dari beberapa sosok luar biasa di Lisses, Perancis yang dikenal dengan nama Parkour. Namun saya yakin, bila memahami notes ini dengan baik dan berlatih secara bertahap tahun demi tahun, maka anda akan menjadi para traceur yang luar biasa cepat, kuat, smooth dan berguna untuk melindungi diri anda, orang-orang yang anda cintai, serta masyarakat banyak pada umumnya.




Pada 26 Desember 2008, saya telah berlatih parkour selama kurang lebih satu setengah tahun terhitung semenjak Juli 2007. Semua ketertarikan itu bermula dari film Prancis berjudul “Yamakasi” yang dulu pernah hadir di Indonesia pada tahun 2003 lalu. Semenjak saat itu, sebagai orang yang tertarik dengan aktifitas unik, saya mencoba mengikuti apa yang saya lihat dari video tersebut untuk pertama kali, namun tanpa arahan yang benar. Mungkin saat itu, saya terlihat seperti cecunguk bodoh yang gampang sekali “dicucuk” hidungnya untuk mengikuti semua adegan dari film tersebut. Namun karena tidak mengerti dan minimnya info, latihan “sembrono” itu berhenti sampai saat itu.
Tahun 2007 pertengahan, tak sengaja saya berjumpa dengan aktifitas yang akhirnya kukenal dengan nama Parkour, dan bertemu dengan beberapa pemuda yang saat itu mempunyai kesenangan yang sama. Saya masih bisa mengingat sesi latihan pertamaku setelahnya. Saat itu sama segarnya dalam ingatan, pada hari itu saya melakukan beberapa gerakan kasar yang hanya meniru dari video-video parkour, tanpa tahu dasarnya. Itu adalah awal perkenalan saya dengan parkour yang tadinya hanya berlatih bersama dengan segelintir orang.
Saat ini, saya sudah menjalani beberapa latihan selama satu setengah tahun dengan berbagai progress kecil. Bahkan sudah beberapa media yang mencoba “menjual” apa yang kami lakukan lewat tulisan, radio bahkan layar kaca. Sampai saat ini, telah lahir beberapa para praktisi baru mulai dari pria, wanita, tua, muda dengan bentuk fisik yang bervariasi. Intinya, parkour sudah mulai membahana dan dikenal masyarakat Indonesia.
Namun di semua kemajuan itu, ada beberapa kemunduran yang terlihat.
Bila seandainya semua benak dari para original traceur di luar sana dan pesan positif dalam semua artikel parkour yang saya baca tidak saya tuangkan dalam tulisan ini, mungkin parkour akan hanya menjadi trend saja bagi saya. Seperti yang Daniel katakan, “easy to comes, easy to go”.
Pemahaman dan kecintaan terhadap parkour terjadi saat saya mulai menjalin dan mendalami parkour lebih dalam lagi, tidak hanya dari gerakan-gerakannya saja, namun dari sebab-akibat kenapa parkour itu lahir ke dunia serta tujuannya untuk kehidupan masing-masing individu.
Sejujurnya, beberapa tahun yang lalu, saya adalah seseorang yang tidak menyukai olahraga. Di sekolah saya memang suka bermain beberapa olahraga yang banyak disukai masyarakat seperti bola, basket dan lain-lainya. Namun saya merasa “tersisihkan” dengan semua aktifitas berkeringat itu. Banyak yang menyebut bahwa olah raga yang mereka lakukan adalah olah raga team, tapi ternyata mereka memiliki “seleksi” untuk bisa menjadi bagian dari team di olahraga tersebut. Tujuan mereka memenangkan pertarungan, sehingga mereka harus menyisihkan “orang-orang tidak berguna” supaya bisa memenangkan pertarungan.
Saya senang bermain bola, tapi saya tidak terampil karena terlalu banyak rule yang harus diikuti dan terlalu banyak cemooh dari mereka-mereka yang lebih terampi saat melihat kemmpuan saya yang miniml. Hanya karena ukuran fisik atau bentuk tubuh, mereka “menyingkirkan” atau mencemooh orang-orang yang dianggap tidak terampil. Itukah olah raga team? Selain itu, saya merasa banyak sekali hal-hal lain yang membuat saya tidak menyukai sebuah bentuk olah raga. Terkekang dengan aturan, berusaha berkompetisi untuk menjatuhkan orang lain (walaupun banyak yang mengangap itu adalah sebuah pembelajaran dalam hidup), atau hal-hal lainnya seperti keharusan memiliki peralatan, lokasi, dan beberapa hal hanya untuk melakukan semua kegiatan tersebut. Mungkin yang masih bisa saya terima dalam sebuah olah raga adalah bela diri dikarenakan terinspirasi dari kisah-kisah heroik dimana seseorang harus melindungi dirinya dan orang-orang yang dicintai. Diluar itu, saya lebih memilih beralih ke dunia seni yang dapat menentramkan jiwa seperti bermain alat musik, namun hanya untuk kenikmatan pribadi diri sendiri.
Sampai akhirnya saya menemukan parkour. Dalam parkour saya telah menemukan sesuatu yang tampak sangat segar dan menggairahkan, Sesuatu yang seutuhnya non-kompetitif, sebuah aktifitas yang sangat sederhana untuk dimulai, karena pada dasarnya semua orang sudah memiliki energi tersebut dalam dirinya masing-masing. Tidak ada peraturan, tidak ada alat-alat khusus, tidak membutuhkan lokasi tertentu, tidak membutuhkan biaya, tidak ada pengotakan kondisi seseorang, murni hanya membutuhkan diri anda dan lingkungan sendiri dimana pun dia berada. Walaupun terkesan individualis, namun parkour sangat bersahabat dan bisa menerima keadaan saya seutuhnya. Saya merasa terbantu oleh beberapa teman saya dan banyak mendapatkan uluran tangan, dukungan, serta motivasi sehingga saya bisa beradaptasi dengan gerakan-gerakan parkour. Tidak ada cemooh, hanya sebuah kepercayaan bahwa saya bisa melakukannya sesuai dengan kondisi dan keadaan fisik tubuh saya. Mereka yang sudah terampil lebih dahulu di parkour tidak bersikap sombong namun semakin rendah hati dan mau kembali ke belakang untuk mendorong saya supaya maju bersama. Inilah konsep membantu orang lain, persahabatan, tanpa pengotakkan yang ditunjukkan oleh parkour dan belum saya temui di aktifitas berkeringat lainnya.
Parkour bagiku menjadi sesuatu yang tidak hanya akan memberiku tantangan tapi memberiku kebebasan yang tidak bisa diberi oleh seni bela diri. Kurasa itulah kualitas-kualitas yang menarik orang-orang ke parkour pada awalnya – mereka melihat lompatan-lompatan spektakuler, kombinasi-kombinasi halus dan apa yang tampaknya mustahil menjadi tidak hanya mungkin, tetapi sederhana (simple), bagi orang-orang (lelaki dan perempuan) ini yang kelihatannya tidak jauh berbeda dari mereka sendiri. Kalimat dari Adit aka Roar menjadi salah satu modal sehingga saya menjadikan aktifitas yang dianggap olah raga ini menjadi sebuah seni yang harus kucintai “Parkour adalah sebuah seni untuk dicintai, bukan ilmu yang harus dipelajari”. Karena siapa pun anda sudah memiliki hal tersebut dalam diri masing-masing
Namun, tampaknya hal yang saya rasakan ini tidak dimiliki oleh beberapa praktisi yang sudah bergelut dan memulai untuk berlatih parkour. Hal itu wajar. Karena semua orang mempunyai motivasi yang berbeda saat ingin mengikuti parkour. Namun, bila beberapa praktisi, khususnya yang baru bergabung tidak memiliki alasan yang kuat untuk berlatih parkour, maka mereka akan menjadi santapan alam dan akan disingkirkan oleh alam.
Saya telah melihat banyak orang datang dan pergi selama bertahun-tahun – beberapa muncul sekali atau dua kali, lainnya selama satu atau dua bulan, dan beberapa selama dua tahun, sebelum memutuskan mereka tidak ingin melanjutkan latihan mereka. Saya ingat, beberapa teman seangkatan berlatih parkour di Taman Ria Senayan, saat ini mulai tidak tampak dengan berbagai alasan yang jadi kendala mereka berlatih. Banyak yang mundur dan akhirnya memutuskan tidak berlatih sama sekali. Masih teringat, saat Daniel, salah satu moderator parkour Jakarta memulai berlatih untuk pertama kalinya beserta sembilan orang lainnya November 2007 lalu. Namun yang tersisa sampai sekarang hanya Daniel seorang, sedangkan yang lainnya hilang entah kemana. Banyak sekali orang yang hilir mudik di dunia parkour, tapi akhirnya hilang dan hanya bertahan beberapa orang saja.
Melihat itu, saya akhirnya memahami sesuatu. Parkour memang diperuntukkan bagi semua kalangan tanpa ada pengotakkan tertentu. Namun, Parkour hanya diperuntukkan bagi orang-orang dengan tipe tertentu untuk dapat berhasil melewati masa-masa sulit dan keluar dari ujungnya, kemudian bersiap-siap untuk menjalani masa-masa berikutnya.
Awalnya, semua orang menikmati awal-awal latihan dan masa itu berlangsung dalam jangka waktu yang berbeda untuk setiap orang, tapi setelahnya mereka semua dihadapkan dengan pertanyaan pada diri sendiri, “apakah mereka benar-benar mau mengorbankan sebanyak yang diharuskan untuk mencapai tingkatan yang betul-betul bagus”. Walaupun saya dulu tertarik pada parkour karena alasan-alasan yang sudah kusebutkan sebelumnya, tetapi itu bukanlah alasan saya melanjutkan berlatih, hari demi hari, minggu demi minggu. Alasan saya sudah semakin hari menjadi lebih berkualitas dari hari kemarin.
Apakah ini juga ada di benak anda? Semua praktisi yang membaca note ini atau bahkan calon praktisi parkour yang baru akan memulai berlatih harus menentukan sikap dari awal untuk memulai berlatih. Tanyakan pada diri anda sendiri. Untuk apa anda berlatih? Apa motivasi dan tujuan anda? Kenapa tertarik dengan parkour?
Tidak akan ada piala, tidak akan ada penghargaan, tidak akan ada uang yang bergelimpangan, tidak akan ada ketenaran ketika anda memutuskan berlatih seni disiplin ini. Banyak pihak yang telah keluar dari konsep yang diajarkan oleh David Belle, Raymond Belle dan Georges Hebert yang menggunakan parkour untuk kepentingan di luar konsep awal parkour diciptakan. Untuk itulah, bagi semua praktisi dan calon praktisi parkour, temukan tujuan yang sesungguhnya dalam berlatih parkour dan pahamilah parkour mulai dari sejarah, filosofi, nilai-nilai moral, termasuk eksekusi gerakan parkour.
Dengan modal pemahaman itu, kalian akan menemukan jawaban dari semua kendala yang ada yang menghalangi anda dalam berlatih parkour. Banyak yang berhenti berlatih parkour dengan kendala yang sebenarnya dari diri mereka masing-masing namun mengkambing hitamkan pekerjaan, kurang waktu, tidak ada biaya, tidak bisa bangun pagi, dilarang orang tua, kondisi fisik, tidak pede, atau segala macam kendala yang sebenarnya punya solusi masing-masing di setiap masalah. Mereka hanya melihat masalahnya, tapi tidak melihat solusinya. Kenapa harus berpikir, “saya tidak bisa bangun pagi”. Kenapa mereka tidak mengganti kalimatnya dengan “bagaimana caranya biar saya bisa bangun pagi”. Mereka hanya berpikir “saya tidak punya waktu untuk berlatih parkour”, yang seharusnya mereka bisa berpikir “bagaimana caranya biar punya waktu untuk berlatih parkour”. Padahal Parkour itu bisa dilakukan di berbagai waktu, bahkan waktu non efektif setiap orang dan bisa dilakukan di mana saja.
Pemikiran “melihat solusi” tersebut bisa lahir bila kita memahami parkour secara menyeluruh bukan hanya dari lompatan parkour, tapi dari nilai moralnya. Di parkour seseorang dapat mempunyai sikap yang positif. Sikap pemberani. Sikap pejuang yang bangkit dari kegagalan. Sikap menghormati diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Sikap adaptable dengan eksosistem manapun. Sikap moderasi, sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Sikap sabar, disiplin dan tekun. Sikap idealisme yang positif dan beberapa sifat lainnya yang bisa dipelajari di parkour. Tapi kenapa banyak praktisi yang tidak melihat itu? Yang ada dipikirannya hanya sekedar melompat dari 2 meter, beraksi memanjat, berlari dan gerakan-gerakan lainnya. Sehingga akhirnya mereka akan bosan dengan sendirinya karena mereka hanya menikmati parkour dari kaca mata fisik saja.
Saat ini, saya menemukan bahwa dalam parkour saya memahami betapa pentingnya melatih pikiran dan juga melatih tubuh. Saya terharu mendengar salah satu teman saya yang sebelum dia berlatih parkour, dia adalah seorang yang tertutup dan kesulitan dalam berkomunikasi (gagap), karena saking gugupnya. Namun setelah dia berlatih parkour, dia tidak hanya mendapatkan kelincahan, kegesitan dan kekuatan saja, namun dia menjadi pribadi yang lebih terbuka. Sehingga membuat dirinya menjadi lebih percaya diri dan akhirnya lancar berkomunikasi tanpa tergagap lagi. Itu yang membuat diriku tertegun dan terharu. Mungkin saya terlalu berlebihan, tapi ini yang ada dibenak saya dan tidak akan saya tutupi.
Selain itu, parkour membuat pikiran, fisik dan jiwa beberapa orang menjadi lebih “hidup” dan bisa berguna. Tanpa pikiran yang kuat dan keinginan untuk melakukan sesuatu serta menggunakan kapasitas/kemampuan fisikmu, maka kita tidak akan berguna. Apa gunanya memiliki tangan besar dan kuat jika kamu terlalu takut untuk memasuki gedung yang terbakar untuk menggotong orang yang kamu cintai ke tempat yang aman? Apa gunaya kita berlatih giat, tapi melihat seorang wanita dijambret di tengah jalan namun kita hanya diam saja? Apa gunyanya kita pintar memanjat, tapi untuk menyelamatkan seorang anak kecil yang terjebak di lantai atas, kita hanya diam saja? Itu satu contoh ekstrem tapi menggarisbawahi kebutuhan untuk melatih pikiranmu bersama dengan tubuhmu.
Satu setengah tahun merupakan sejengkal perjalanan dalam dunia parkour. Masih banyak tahun-tahun lain yang harus saya tempuh. Masih banyak kendala yang harus dilewati dengan efektif dan efisien tanpa menimbulkan banyak masalah. Mungkin saya akan menikah, punya anak, fokus di ibadah dan karir di tahun-tahun mendatang nanti. Tapi latihan disiplin ini akan selalu dilakukan di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun. Mungkin terlihat seperti agama kedua, tapi ini adalah untuk pencapaian fisik dan jiwa. Walaupun banyak yang mencemooh bahwa apa yang saya dan teman-teman lakukan adalah sesuatu aktifitas yang “aneh” atau terkesan kurang kerjaan, namun saya menanggapi dengan senyum karena saya memaklumi mereka karena tidak bisa “melihat” apa yang saya lihat dari parkour. Sebagian lagi ada yang menganggap bahwa parkour adalah sesuatu yang keren, sesuatu yang bisa dijual, bisa menjadi sebuah langkah menjadi “famous” atau lain halnya. Itu sah-sah saja buat mereka yang ingin masuk ke dunia tersebut. Tapi menurut saya, parkour hanya akan menjadi debu yang akan hilang diterpa angin bila yang dipikirkan hanya keinginan tersebut. “Not playing some fool, not saying I’m cool, not to break the rules, just an effort to crates some goal”. Itulah motto diri pribadi. Terkesan idealis? Pasti. Karena itulah yang membuat sebuah peristiwa menjadi lebih berharga.
Sekarang, tanyakan apa motivasimu dalam berlatih parkour? Hanya sekedar trend, ingin famous, ikut-ikutan atau hal lainnya?. Itu adalah pilihan. Tidak akan dibatasi. Tapi sampai mana nanti anda akan berlatih parkour. Apakah akan terseleksi oleh alam dan digantikkan oleh bibit baru yang lebih mampu “bertahan”?. . Apakah anda seorang praktisi berikutnya yang terhempas? Atau anda adalah seorang praktisi yang akan mengembangkan diri anda menjadi sesuatu yang lebih berkualitas dari segi fisik, pikiran dan jiwa di tahun-tahun mendatang? Waktu akan menjawabnya. Semua bukti telah terlihat. Anda yang menentukan rute anda dan obstacles anda masing-masing.

No comments:

Post a Comment